Bicara Pancing

"Kalau bicara pancing antara sesama spesies angler nggak bakalan ada abis-abisnya. Selalu ada yang baru, walaupun barang lama dengan kemasan yang baru akan tetap selalu menarik."


..................... notulen kongkow dalam sebuah trip



Blog ini berisi catatan-catatan pemancing yang kebetulan disajikan tidak urut kronologis, by ingatan only!


=======================================================

Sabtu, 01 Maret 2008

Sindrom Pra Mancing

Dulu waktu masih SD pengalaman yang paling menegangkan waktu memancing ikan adalah pada saat menarik ikan yang menyambar umpan (strike) dan yang paling menyenangkan adalah ketika ikan sudah dimasak untuk kemudian dinikmati bersama keluarga ketika makan malam tiba. (pengalaman masa kecil yang susah terlupakan).


Ketika selesai kuliah hal yang paling menegangkan waktu memancing adalah ketika ikan mulai menyenggol-nyenggol umpan dan pengalaman yang paling menyenangkan adalah ketika hook up berhasil dan hasilnya bisa dibanggakan kepada teman-teman yang ikut mancing.


Tetapi sekarang setelah beberapa tahun rutin memancing dengan lebih banyak bereksperimen dengan berbagai kondisi, alat, daerah, teman, teknik dan lain-lain yang berhubungan dengan dunia pancing, penulis merasakan bahwa hal yang paling menegangkan dalam dunia pancing adalah ketika janji yang dibuat untuk suatu trip sudah “confirm OK!” dan tinggal nunggu berangkatnya, apalagi malam hari sebelum keberangkatan adalah hal yang paling menegangkan. Dan hal yang paling menyenangkan adalah ketika saat pertama kali pancing diturunkan ke air –lega-.


Kalau dipikir-pikir aneh juga ya, semua ketegangan terjadi justru pada saat kegiatannya belum terjadi. Kalau boleh dibilang mungkin ini bisa disebut sindrom pra mancing, konfliknya terjadi justru pada saat belum terjadi proses utamanya.


Mungkin sindrom ini hanya menyerang sebagian spesies angler aja ya, bukan pada hasil akhir dan proses utamanya, akan tetapi lebih pada jadi tidaknya trip pemancingan. Mungkin ini juga yang oleh orang negara jiran kita Malaysia disebut pemancing yang sudah pada level dan dipanggil “kaki pancing”.


Selanjutnya ...

Mancing Jakarte

Awalnya tanpa di sengaja lagi pencek-pencek hp terlintas nama Untung dalam name list. Riwayatnya Untung itu teman kuliah, asalnya dari Samarinda Seberang kuliah di Yogya dan keterusan betah tinggal di Jakarta buat ngumpulin sekarung intan. Kebetulan lagi nggak ada kerjaan, iseng kita telponan dan pembicaraan lanjut ngalor ngidul kemana-mana akhirnya yang namanya pemancing mungkin udah ada feeling hobby juga kesesama spesiesnya, waktu nanya kegiatannya untuk week end. Eh nggak disangka-sangka ternyata dia bilang senang mancing dan rutin bawa keluarga mancing di kolam-kolam pemancingan di Jakarta. Lebih lanjut dia nanya kapan-kapan mancing bareng di Jakarta sekitar kepulauan Seribu biar nggak terlalua jauh. Wah, kebetulan neh. Ok, tinggal waktu disesuaikan.


Nggak terlalu lama sekitar sebulan kemudian ada kegiatan workshop di Bogor beberapa hari, dan kebetulan acaranya selesai hari Jum’at, pas banget bisa mancing Sabtu dan Minggu. Waktu di Bogor nginap di cottage berhubung tiap kamar diisi oleh dua orang dari lokasi yang berbeda, teman sekamar yang kebetulan dari Yogya bengong liat perlengkapan workshop yang kita bawa lebih dari yang lain, “Banyak amat?”, trus dijelasin peralatan itu bukan untuk workshop tapi peralatan untuk mancing dilaut, giliran dianya geleng-geleng, ikut workshop apa mancing, mana dilaut lagi. He..he..he...


Dasar pemancing waktu ngikutin kegiatan workshop di Bogor juga masih sempat celingak-celinguk liat kolam-kolam pemancingan disekitar jalan raya kearah Puncak, sempat nanya kiri-kanan sih, berhubung jadwal padat jadi nggak sempat mancing di Bogor.


Setelah beberapa hari ngikutin workshop akhirnya sampai juga hari Jum’at dan sorenya kita janjian ketemu di Citra Land, skedul disusun untuk besok sore sampai Minggu. Berhubung dianya tuan rumah, kitanya ngikut aja untuk ngatur trip, beberapa perlengkatan tambahan kita beli sekalian window shopping di DuPan. Sambil ngabisin waktu kita tukar pengalaman dan diannya minta diajarin buat simpul (knot) yang paling efisien, kebetulan punya beberapa contoh knot yang mudah dan cepat.


Berhubung hanya berdua aja yang mancing si Untung nawarin nggak usah pakai mobil kelokasi, pakai sepeda motor aja biar lebih cepat dan gampang menuju Tj. Kait, disana cari kapal nelayan langganannya, kemudian pakai kapal nyusurin pulau atau cari karang/tandes. Sip.


Keesokan harinya dia jemput dan kita langsung berangkat menuju Tj. Kait, ternyata perjalanan dari rumahnya ke Tj. Kait lumayan jauh, nggak terasa sih sambil ngomong-ngomong dijalanan udah hampir dua jam dibonceng ama dia baru nyampe di Tj. Kait. Pinggang lumayan juga ya…..


Berhubung berangkat dari rumahnya sudah agak sore, magrib baru nyampe di Tj. Kait. Sepeda motor di parkir salah satu rumah nelayan disekitar pinggir laut dan kemudian kita mulai nyari-nyari kapal pesanannya. Setelah lebih kurang setengah jam nyari, ternyata kapal yang dipesan sudah berangkat kelaut, jadi? Kebetulan ada ketua RT setempat tau kitanya perlu kapal dan beliau menawarkan diri untuk mencarikan kapal lain. Setelah kira2 satu jam baru dapat kapal yang mau disewa, tawar menawar harga dan deal. Kapal disiapkan dan tak lama sudah merapat dibibir pantai. Kita bergantian memasukan barang-barang keperluan mancing dan sedikit umpan untuk mancing. Ehm …


Tepat jam 20.00 kapal baru berangkat dari Tj. Kait menuju bagan-bagan disekitar pulau (udah lupa nama pulaunya …). Baru sekitar lima belas menit meninggalkan pinggir daratan tiba-tiba petir menyambar-nyambar kemudian disusul hujan yang deras banget sampai-sampai kita separuh basah, jadi rebutan berteduh diatap kapal yang ala kadarnya. But The Show Must Go On, basah …


Dua jam diperjalanan dengan kapal yang diombang-ambingkan laut akhirnya sampai di sebuah spot yang keliatannya dangkal dan berkarang. Perangkat maut yang dibawa dari Samarinda dikeluarkan, stel kiri kanan, pasang umpan dan kemudian pancing dilempar kelaut. Sepenggal doa dan mantera dikumandangkan dalam hati; “mudah-mudahan cepat dapat ikan yang besar dan fightnya seru” ;) maunya…


Tidak beberapa lama mulai terasa sentuhan ikan-ikan kecil diujung pancing dan percobaan untuk menyentak stik mulai dilakukan tapi selalu lolos. Kejadian ini terus terjadi berulang-ulang dan akhirnya pancing sempat sangkut di karang dan putus. Pancing diikat lagi, dipasang umpan, diturunkan ke air lagi-lagi umpan habis dan setelah berkali-kali percobaan akhirnya kita dapat seekor ikan indosiar yang ukurannya kurang lebih tiga jari. Semangat masih tetap tinggi untuk mancing semalaman.


Kurang lebih jam 01.00 langit diatas mulai bocor lagi dan hujan mulai turun bahkan semakin menjadi-menjadi dibanding pada saat mulai berangkat tadi. Pancing diangkat dan kami mulai duduk merapat dinaungan atap kapal. Angin mulai bertiup kencang menambah dingin badan setelah didera hujan. Ampun…


Hujan yang tidak berhenti sampai menjelang pagi membuat kita nggak bisa mancing dan terus terjaga sambil merasakan dinginnya subuh dilaut sekitar pulau Seribu. Kurang lebih jam 06.00 hujan berhenti dan angin bertiup sepoi-sepoi, kita kembali bersemangat untuk meneruskan memancing. Pancing mulai dilempar lagi kelaut (mancing dasar), karena sudah terang maka dengan sangat jelas kita dapat melihat sekitar perairan laut di utara Jakarta, kesan pertama yang terlihat adalah begitu banyaknya sampah-sampah plastik dan macam-macam lainnya baik yang terapung maupun melayang didalam air, bekas tumpahan minyak yang mengambang dipermukaan air dan apalagi didasar lautnya? Pantas aja semalam banyak sangkutnya.


Beberapa kali strike kami lakukan dan masih juga ikannya kecil-kecil, nggak ada yang besar dan yang selalu bisa diangkat adalah beberapa sampah plastik. Setelah sempat beberapa kali kita berpindah tempat dengan harapan hasil lebih baik, akan tetapi hasilnya selalu masih sama, kecil-kecil dan sampah plastik. Akhirnya menjelang tengah hari setelah semalaman nggak tidur, badan mulai kelelahan dan mata mulai mengantuk, kami memutuskan untuk mengakhiri trip ini dan kembali ke Tj. Kait. Perjalanan kembali kurang lebih dua jam perjalanan, melihat sampah-sampah yang bergentayangan dilaut kami mengurungkan niat untuk melakukan trolling ketimbang strike berbuah sampah. Capek deh…


Sesampai di daratan kami bergegas membereskan barang bawaan dan langsung segera meluncur pulang ke kota kebetulan masih ada waktu untuk mengejar flight sore kembali ke Samarinda. Waktu kembali dari Tj. Kait kami berusaha potong kompas agar cepat sampai, begitu ketemu sebuah taxi yang sedang kosong aku memutuskan untuk segera berpindah kendaraan dan langsung menuju kearah kota untuk mengambil koper yang ditinggal ditempat keluarga dan langsung menuju bandara. Keputusan ini diambil untuk menyingkat waktu berhubung rumahnya Untung lokasinya diarah yang berlawanan. Sepanjang perjalanan didalam taxi dengan mata yang masih terkantuk-kantuk aku mencoba mengingat-ingat apa-apa yang harus dibawa kembali ke Samarinda.


Dengan segala hal yang barusan dialami berhubungan dengan trip mancing di ibukota negara ini aku berkesimpulan ternyata gini nih Mancing Jakarte …seru.


Selanjutnya ...